1.
Ingatan
Menurut Dirgagunarsa (1975)
menyatakan bahwa ingatan atau sering disebut memory adalah sebuah fungsi
dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Ingatan akan
dipelajari lebih mendalam di psikologi kognitif dan ilmu saraf. Umumnya para
ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau.
Apa yang telah diingat adalah hal yang pernah dialami, pernah dipersepsinya,
dan hal tersebut pernah dimasukkan kedalam jiwanya dan disimpan kemudian pada
suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Ingatan merupakan kemampuan untuk menerima dan
memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan
kembali apa yang pernah dialami (remembering).
Ingatan
merupakan suatu proses biologi, yakni informasi yang diberi kode, disimpan
serta dipanggil kembali.
2.
Jenis-jenis
Ingatan
Kantowitz, Roediger, dan Elmes
(2008:266) dikutip Suryabrata (2012) membagi menjadi dua jenis-jenis memori
berdasarkan lama waktu atau jangka waktu dalam mengingat, yaitu:
a.
Ingatan jangka pendek
Ingatan jangka pendek merupakan proses melupakan suatu stimulus
secara cepat atau proses mengingat yang dimiliki tidak mampu bertahan lama pada
individu, serta penerimaan informasi yang didapatkan begitu lama. Matsumoto
(2009:492) dikutip Suryabrata
(2012) mendefinisikan ingatan jangka pendek sebagai sebuah sistem penyimpanan informasi dengan
kapasitas terbatas yang dapat digunakan pada tugas yang membutuhkan waktu yang
sangat singkat. Sesuatu yang telah disimpan di dalam memori harus diulang
kembali seperti mengulangi nomor telepon yang dipanggil.
b. Ingatan jangka
panjang
Ingatan jangka
panjang merupakan
proses mengingat stimulus yang diberikan dan mampu bertahan lama hingga
beberapa waktu tertentu. Matsumoto (2009:290) dikutip Suryabrata (2012) menyatakan bahwa ingatan jangka
panjang merupakan
sebuah pusat informasi dalam pikiran yang terbatas, terdiri dari sebagian
informasi memori jangka pendek yang telah dipindahkan untuk penyimpanan
permanen. Moores (Woodman & Chun, 2006:822) dikutip Suryabrata (2012) berdasarkan penelitian yang
dilakukan menyimpulkan bahwa ingatan jangka panjang cenderung ekologis dan penting dalam
kehidupan sehari-hari serta memiliki manfaat yang tidak diragukan mengenai
pengetahuan individu.
3. Faktor yang Mempengaruhi Ingatan
Mengingat merupakan proses mental yang melibatkan
banyak komponen dalam diri kita. Mulai dari (1) menerima informasi yang akan
kita ingat melalui panca indera kita, kemudian (2) disimpan dalam otak kita
yang melibatkan kerja otak dalam mengolah dan menyimpan informasi, serta (3)
memanggil atau memunculkan kembali informasi yang telah disimpan.
Jika kita mudah lupa dalam mengingat sesuatu, maka
kita harus dapat mengenali dimanakah kelemahan kita dalam mengingat. Untuk itu
maka kita perlu mengetahui faktor apa yang mempengaruhi pada proses mengingat
itu, baik ketika informasi itu datang, maupun ketika informasi itu disimpan.
Menganggap suatu informasi itu penting atau tidak
penting merupakan alasan paling umum
mengapa informasi dilupakan. Kita hanya mengingat hal-hal yang menarik minat
kita saja. Jika informasi itu tidak dianggap penting maka informasi itu tidak
akan disimpan di dalam ingatan jangka panjang.
Faktor lain yang mempengaruhi ingatan adalah adanya
gangguan – suatu rangsangan lain muncul bersamaan dengan tahap pemrosesan
ingatan, jika gangguan terjadi, upaya untuk kembali menampilkan ingatan akan
menjadi gagal. Misalnya anda mengingat nomor telepon yang tidak pernah
diketahui sebelumnya, ucapkan nomor tersebut beberapa kali sebelum disimpan
dalam ingatan jangka pendek, kemudian mengobrollah sebentar dengan seseorang.
Apakah Anda masih ingat dengan nomor telepon tadi setelah percakapan selesai?
kemungkinan besar anda akan sulit untuk mengingatnya kembali.
Faktor lain yang mempengaruhi ingatan kita adalah
kondisi psikologis kita. Kinerja ingatan kita akan mencapai puncak jika berada
dalam tingkatan stress yang memadai. Namun, kinerja tersebut akan menurun jika
stress menjadi berlebihan atau kronis. Salah satu aspek penting dalam mengingat
sesuatu adalah perhatian dan fokus. Cobalah bayangkan bagaimana konsentrasi
anda ketika merasa cemas. Dalam keadaan seperti itu kemungkinan besar Anda akan
membuat kesalahan, melupakan sesuatu, atau merasa bingung.
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi ingatan kita
adalah faktor fisik atau kesehatan kita. Beberapa penyakit memang mempengaruhi
ingatan kita seperti Alzheimer (lupa pada hal-hal yang baru tetapi ingat pada
hal-hal yang lama), amnesia, dan lain sebagainya. Selain itu kesehatan fisik
kita juga mempengaruhi kemampuan kita dalam mengingat. Untuk itu asupan makanan
yang bergizi menjadi penting dalam menjaga tubuh selalu dalam kesehatan
yang prima sehingga proses mengingat dapat dilakukan dengan baik.
Jika sudah memperhatikan sebuah nama, atau informasi
kemudian anda menyimpannya untuk masa depan. Saat menempatkan data di bank
ingatan Anda untuk disimpan, Anda tidak bisa melemparkannya masuk begitu saja
seolah otak anda adalah Taman Mini Indonesia Indah. Bayangkan rasanya mencoba
menemukan nomor telepon dokter yang anda tulis di atas selembar kertas dan
dilempar ke dalam hutan belantara yang sangat luas! kita memerlukan patokan
atau pedoman untuk membantu kita menyimpan semua informasi yang kita
perhatikan.
Kerapihan dalam menyimpan berbagai informasi menjadi
kunci apakah informasi itu tersimpan baik atau tidak. Untuk
menyimpan informasi dengan baik, kita dapat menggunakan metode mnemonik atau
(metode mengingat) yang akan Anda dapati pada bagian lain dari tulisan ini.
4.
Pengertian
Lupa
Lupa
merupakan suatu proses fenomena psikologis yang terjadi di dalam kehidupan
mental suatu individu (Djamarah, 2008:207). Lupa pada ranah
kognitif umumnya berlawanan dengan mengingat, pesan yang dilupakan belum
berarti hilang dari ingatan. Kadangkala peserta didik memerlukan waktu
untuk membangkitkan kembali pesan yang
terlupakan, dengan berbagai pancingan dalam waktu tertentu pesan terlupakan
dapat diingat kembali (Dimyati dan Mudjiono,2009).
5.
Faktor
Penyebab Lupa
Menurut
Purwanto dikutip Djamarah (2008:209) mengemukakan faktor-faktor penyebab
terjadinya lupa, yaitu: (1) Segala sesuatu yang terjadi karena memori tidak
pernah difungsikan lagi, dalam artian tidak pernah dilatih atau tidak memiliki
usaha untuk mengingat suatu fenomena; (2) Lupa disebabkan oleh hambatan-hamabatan
yang terjadi karena gejalan-gelaja jiwa yang lain; (3) Lupa disebabkan oleh
represi atau tekanan mengenai tanggapan-tanggapan atau keadaan jiwa individu.
Menurut Muhibbin (1999) dikutip Djamarah (2008) menyatakan bahwa faktor–faktor penyebab lupa di antaranya
adalah :
a.
Lupa
karena perubahan situasi lingkungan
Lupa dapat terjadi pada peserta didik
karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar di sekolah dengan
waktu mengingat kembali di luar sekolah. Jika peserta didik hanya mengenal hewan
jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah, maka kemungkinan
peserta didik akan lupa menyebut nama hewan-hewan ketika melihatnya.
b. Lupa karena perubahan sikap dan minat
Lupa dapat terjadi pada peserta didik
karena perubahan sikap dan minat terhadap situasi belajar tertentu. Meskipun
peserta didik telah mengikuti pembelajaran dengan tekun, tetapi karena sikap
dan minat peserta didik menjadi sebaliknya (seperti ketidaksenangan kepada guru
yang memarahinya dengan kasar), maka materi pelajaran itu akan mudah
terlupakan.
c.
Lupa
karena perubahan urat saraf otak
Peserta didik yang terserang penyakit
tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, atau gegar otak akan kehilangan
ingtan atau informasi berupa kesan-kesan yang ada dalam memori otaknya.
d.
Lupa
karena kerusakan informasi sebelum masuk ke memori
Penemuan baru menyimpulkan bahwa lupa
dapat dialami seorang peserta didik bila informasi yang diserap rusak sebelum
masuk ke memori otak. Informasi yang rusak itu tidak hilang dan tetap diproses oleh
sistem memori otak peserta didik, tetapi terlalu lemah untuk diingat kembali.
6.
Kiat
Mengurangi Lupa
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa
dengan cara meningkatkan daya ingat peserta didik diantaranya menurut Barlow (1985), Reber
(1998), dan Anderson (1990) dikutip Muhibbin Syah (1999:156) :
a.
Overlearning
Overlearning
(belajar lebih) merupakan upaya belajar yang melebihi bata penguasaan dasar
atas materi pelajaran tertentu.
b. Extra
Study Time
Extra
study time
(tambahan waktu belajar) merupakan upaya penambahan alokasi waktu belajar atau
penambahan frekuensi aktivitas belajar.
c. Mnemonic
Device
Mnemonic
device
merupakan kiat khusus yang dijadikan alat pengait mental untuk memasukkan
informasi-informasi ke dalam sistem ingatan peserta didik. Mnemonic ini banyak
ragamnya, salah satunya singkatan yaitu terdiri atas huruf-huruf awal nama atau
istilah yang harus diingat peserta didik.
d. Pengelompokkan
Pengelompokkan adalah menata ulang
setiap materi menjadi kelompok –kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam
arti bahwa materi tersebut memiliki siginifikan dan lafal yang sama atau sangat
mirip.
e. Latihan
Terbagi
Peserta didik melakukan
latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan di antara
waktu-waktu istirahat. Upaya ini dilakukan untuk menghindari belajar banyak
materi secara tergesa-gesa dalam waktu singkat
No comments:
Post a Comment